0

 Apa itu Financial Stress?


Financial stress adalah stress keuangan mengacu pada tekanan yang dirasakan akibat kondisi keuangan yang kurang atau bermasalah. Stress keuangan bisa terjadi pada siapapun, tapi tekanan ini paling banyak diderita dan dirasakan oleh mereka yang memiliki penghasilan rendah yang tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga. Mereka yang memiliki penghasilan rendah, tapi tapi harus mengeluarkan banyak uang untuk memenuhi kebutuhannya, tentu akan merasakan tekanan atau stress keuangan yang luar biasa.

Selain tekanan pemenuhan kebutuhan, mereka yang berada pada kondisi stress keuangan juga mungkin merasakan tekanan lain yang berasal dari pekerjaan mereka. Pendapatan yang kecil, hanya memberi 'ruang sempit' untuk mengatur waktu untuk hal-hal lain diluar perkerjaan. Mereka harus terus bekerja dan bekerja agar pendapatan yang diterima tidak berkurang atau hilang, tidak ada waktu untuk cuti dan menikmati liburan untuk sekedar melepaskan penat. Memutuskan berhenti dari pekerjaan tentu akan menciptakan ketakutan tidak mampu bertahan secara finansial saat mencari pekerjaan lain.

Kompleksitas dan kerumitan mereka yang memiliki pendapatan rendah bukan hanya terhenti sampai di situ saja. Pendapatan yang rendah akan menutup akses mereka untuk mendapatkan berbagai sumber daya dan fasilitas yang penting dalam hidup mereka, misalkan seperti akses pendidikan anak, asuransi kesehatan, dan lain sebagainya, yang mana ini pada akhirnya akan menurunkan kualitas dan sumber daya manusia dan generasinya itu sendiri.

Contoh tekanan keuangan

Seorang yang bekerja di sebuah perusahaan dengan gaji rendah, katakanlah Rp 2.500.000 per bulan. Sementara di sisi lain setiap bulan harus menanggung biaya kontrakan rumah sebesar Rp 500.000, harus membayar biaya pendidikan dan sekolah anak Rp 500.000, artinya hanya menyisakan sebesar Rp 1.500.000 yang notabene masih banyak kebutuhan lain yang harus dibayarkan seperti listrik, air, transportasi, dan yang paling penting adalah kebutuhan untuk makan.

Sudah barang tentu, dengan Rp 1.500.000 yang tersisa di tangan, akan sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Bisa dipastikan, akan mengalami tekanan setiap harinya bagaimana agar kebutuhan yang lain bisa terpenuhi. Penghematan mungkin akan dilakukan dengan cara mengurangi makan, ataupun hal-hal yang sebenarnya sangat penting dipenuhi, dan untuk jaman sekarang, itu adalah nilai yang sangat kecil untuk kebutuhan sebuah keluarga yang memiliki anak. Kondisi ini tentu akan membuat orang atau keluarga tersebut mengalami stress keuangan hebat.

Apa dampak yang timbul dari financial stress?

Tentu akan sangat berdampak negatif pada orang yang mengalami tekanan keuangan, dan faktanya stress keuangan terjadi dari waktu ke waktu sepanjang orang tersebut tidak mampu keluar dari keadaan dan kondisi statis, dan ini pastinya akan sangat menganggu kehidupannya sehari-hari. Mereka yang mengalami tekanan keuangan, akan selalu merasa khawatir dan pastinya tidak akan bisa menikmati hidup, karena setiap waktunya harus memikirkan bagaimana agar keuangan bisa normal.

Jika tidak ada perubahan besar yang dilakukan, dan kondisi keuangan semakin hari semakin parah, maka tentu ini akan memberikan efek negatif pada orang tersebut. Beban pikiran akan membuat kondisi kesehatannya semakin hari semakin menurun. Jika tekanan keuangan sangat besar dirasakan, akan menyebabkan orang tersebut cemas, khawatir, takut, depresi, dan pada ahirnya akan mengubah perilakunya menjadi negatif. Tidak sedikit kita melihat, mereka yang mengalami stress keuangan cenderung melakukan hal-hal negatif, baik merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.

Apa yang harus dilakukan agar terhindar dari krisis keuangan?

Tentunya orang tersebut harus melakukan perombakan besar-besaran terhadap dirinya dan keuangannya. Di sebuah rumah tangga yang hanya suami yang bekerja, maka mau tidak mau, istri juga harus berjibaku untuk mencari uang tambahan lainnya, bisa dengan bekerja atau membuka usaha kecil-kecilan di rumah. Mungkin hasilnya tidak banyak, tapi setidaknya beban sedikit terangkat.

Kemudian keluarga tersebut juga harus membuat dan menyusun perencanaan keuangan yang baik. Beberapa opsi sulit mungkin harus diambil, misalkan jika kontrakan rumah mahal, tidak ada pilihan untuk pindah ke tempat lain yang harga kontrakannya lebih murah. Sangat tidak disarankan untuk mengambil utang berbunga. Uang dari utang, mungkin akan membantu tapi sesaat, kemudian akan terasa seperti 'mencekik' leher jika ternyata alokasinya tidak dilakukan dengan benar dan maksimal. Lebih baik menjual apa yang ada di tangan, dari pada mengambil utang berbunga. Ini adalah cara yang paling bijak untuk mengatasi masalah keuangan.

Post a Comment

 
Top