Secara fundamental, tidak rilis berita ekonomi tidak berpengaruh secara langsung terhadap pergerakan mata uang kripto, tapi berpengaruh kepada pergerakan mata uang negara yang terkait dengan berita ekonomi tersebut. Misalkan, rilis data inflasi Amarika Serikat atau Inggris, secara langsung akan mempengaruhi mata uang US Dolar atau Poundsteling. Ketika Inflasi naik, maka mata uang akan cenderung naik, dan sebaliknya ketika turun maka mata uang akan cenderung turun atau setidaknya stagnan.
Tidak berpengaruh secara langsung, artinya ketika berita ekonomi dirilis, tidak memberikan efek yang terlihat langsung pada pergerakan mata uang kripto, tapi bisa jadi memberikan efek tidak langsung. Mata uang kripto dewasa ini, telah diterima secara luas hampir di seluruh dunia, dengan bermunculan banyak bursa jual beli bitcoin di seluruh dunia. Investor saat ini bukan hanya melirik saham, mata uang fiat, obligasi ataupun sekuritas lainnya, tapi kini juga melabuhkan investasinya ke mata uang kripto. Artinya mata uang kripto ini sebagai salah satu strategi diversifikasi investasi alternatif, apalagi dengan potensi ‘cuan’ tinggi yang begitu menarik. Ketika ternyata kripto dilihat memberi peluang lebih tinggi, maka investor akan memindahkan sebagian asetnya ke mata uang kripto.
Contoh paling sederhana dapat kita lihat beberapa bulan belakangan ini. Isu globalnya adalah inflasi di Amarika Serikat, Inggris, dan beberapa negara Eropa yang sangat tinggi. Di Amerika sendiri data terakhir di bulan Mei ini tercatat inflasi berada pada angka 8.3% dan di Inggris sendiri 9.0%, membuat bank sentral kedua negara berpacu untuk meredam inflasi dengan cara menaikkan suku bunga, dan tercatat The Fed dan BOE telah 2x menaikkan tingkat suku bunga ditahun ini, dan bakalan akan ada kenaikan suku bunga lanjutan untuk tahun ini. Tak ayal ini membuat kedua mata uang naik tajam, terlebih mata Dolar Amerika.
Mengapa dolar naik?
Sederhananya, dengan inflasi yang semakin hari semakin tinggi, akan membuat mata uang merangkak naik. Investor akan memindahkan sebagian asetnya untuk membeli mata uang Dolar, karena adanya view atau pandangan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga guna meredam inflasi. Kenaikan suku bunga akan memicu penguatan nilai mata uang Dolar, dan sebelum itu terjadi pasar sudah bereaksi terlebih dahulu mengambil kesempatan untuk membeli dolar di harga murah, sehingga ketika suku bunga benar-benar dinaikkan, harga semakin naik, dan capital gain investor menjadi lebih tinggi.
Dari mana uang ini datangnya, ya dengan mungkin dengan melepaskan kepemilikan instrumen investasi lainnya, termasuk mata uang kripto. Idenya adalah menjual kripto kemudian membeli Dolar. Tentunya tak ayal ini akan mempengaruhi pergerakan mata uang kripto, dan dapat dikatakan secara tidak langsung rilis berita ekonomi memiliki pengaruh terhadap pergerakan mata uang kripto walaupun secara tidak langsung. Kondisi ini mungkin tidak terjadi di awal-awal kemunculan kripto yang hanya bergantung pada permintaan, penawaran, regulasi, dan penerimaan kripto yang masih dalam skala kecil, tapi sekarang ini, kripto adalah salah satu aset komoditas yang diperdagangkan secara luas, dan mempengaruhi portfolio investor.
Jadi tidak terlalu mengherankan, di awal tahun 2022 ini bursa kripto mengalami kejatuhan yang sangat signifikan bahkan masih berlangsung sampai hari ini. Bayangkan Bitcoin yang sempat bertengger di puncak tertinggi di angka 66 ribu US Dolar, terjungkal lebih dari setengahnya, dan sampai postingan ini dituliskan, Bitcoin masih berada di angka 29 ribu US Dolar, terus turun dan lebih banyak dipengaruhi sentimen kenaikan suku bunga The Fed dan BOE. Berbeda pada tahun-tahun terdahulu yang banyak dipengaruhi oleh sentimen akan penerimaan mata uang kripto oleh negara-negara besar dunia.
Post a Comment