Volatility atau volatilistas adalah ukuran statistik perubahan harga aset, sekuritas, saham, ataupun mata uang untuk rentang periode tertentu, umumnya diukur dengan menggunakan standar deviasi. Volatilitas adalah menggambarkan sentimen pasar, suasana pasar atau sering disebut ‘market mood’ yang akan menentukan rentang pergerakan harga. Volatilitas tinggi terlihat ketika direntang sebuah periode, harga yang naik tinggi kemudian turun dengan deras, atau turun rendah kemudian naik secara eksponensial, menciptakan jarak lebar antara harga tertinggi dengan terendah. Ketika ini terjadi, trader khususnya pedagang pendek, bisa meraup keuntungan besar, sebaliknya bisa juga rugi dalam jumlah yang besar.
Pada kondisi luar biasa pergerakan volatilitas, bisa disebut sebagai ‘flash crash’ jarang terjadi tapi di perdagangan saham dan mata uang setidaknya sudah terjadi beberapa kali. Misalkan saja terjadi pada mata uang Australian Dollar di tahun 2019 yang anjlok 6.1% dalam 24 jam, membuat banyak trader untung besar dalam waktu singkat, juga banyak juga yang akun tradingnya mengalami margin call dan tersapu bersih kena stop out. Penyebabnya sampai sekarang masih menjadi teka teki, namun disinyalir revisi proyeksi pendapatan oleh Apple Inc. adalah biang kerok dibalik kejatuhan AUD tersebut. Beberapa penyebab lainnya seperti kondisi geopolitik yang tiba-tiba berubah drastis, laporan kinerja perusahaan, teror, bencana alam, perang dan lain sebaginya.
Nah, dari penjelasan di atas tentang apa itu volatilitas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa volatility atau volatilitas adalah pergerakan harga yang terjadi cukup besar di periode tertentu. Bagi sebagaian pedagang, volatilitas tinggi ini akan memberikan keuntungan dengan cepat, sebaliknya juga berpotensi membuat rugi dalam waktu singkat, sebagaimana sudah kita singgung sebelumnya di atas. Itu sebabnya pedagang harus benar-benar terus memperbaharui informasi, dan menjalankan strategi tepat ketika terjadi volatilitas tinggi pada instrumen perdagangannya, jika tidak maka pedagang khususnya retail, akan kebingungan dan mungkin ‘ terperangkap’ atau terjebak dalam pasar, kebingungan tidak tau apa tindakan yang harus dilakukan ketika harga begini atau begitu.
Saya beri contoh sederhana, kalau tidak salah di tanggal 12 atau 13 Mei 2022 kemarin, biro statistik Amerika merilis data inflasinya di angka 8.3%, hampir mencapai level tertinggi 40 tahun. Major pair seperti GBPUSD, yang sudah berhari-hari turun karena sentimen kenaikan suku bunga ini, akhirnya kembali turun secara drastis, mencoba untuk menguji area dukungan terbawah. Beberapa pips dari sana, harga kemudian naik kembali bahkan menembus batas tertinggi satu hari. Bagi pedagang yang terpaku pada rilis berita, tidak melihat aksi harga secara teknis, mungkin bakal terjebak mengira harga bakal turun terus, padahal penurunan pasangan uang ini sudah terjadi berhari-hari sebelumnya, ketika menjumpai dukungan kuat, berbalik naik meninggalkan pedagang jual.
Jadi saya kira, perdagangan volatilitas ini, bukan hanya berfokus sebatas pada informasi atau berita yang dapat memicu pergerakan harga besar pada mata uang, aset, saham, ataupun sekuritas lainnya. Pedagang perlu untuk mengkombinasikannya dengan berbagai alat bantu teknis, dan melihat bagaimana aksi harga bermain di level-level kritis yang terjadi di periode sebelumnya, dan menyusun strategi perdagangan agar dapat mengambil keuntungan dari kondisi volatilitas tinggi yang terjadi. Pedagang bisa menggunakan strategi breakout, atau beli rendah jual tinggi, dan lain sebagainya, dan tentunya itu dilakukan dengan analisa dan perhitungan seakurat mungkin untuk menghindari jebakan volatilitas pasar.
Post a Comment