Astroturfing adalah salah satu teknik marketing kalau boleh disebut sebagai 'bias basic marketing'. Istilah astroturfing ini sendiri berasal dari sebuah merek karpet, AstroTurf, dimana karpet dibuat sedemikian rupa mirip seperti rumput alami, padahal tidak asli karena menggunakan bahan sintesis. Istilah lain dari astroturfing adalah astroturf marketing.
Kalau Anda familiar dengan media sosial seperti Instagram, Facebook, Tiktok, dan lain sebagainya, mungkin pernah melihat tampilan di halaman medsos Anda, ada sebuah produk yang muncul dan banyak dukungan atau komentar tentang produk tersebut, misalkan sebut saja tampilan produk 'A' pada kolom komentarnya dibanjiri ulasan, dukungan ke atas yang memberikan penilaian bagus. Pertanyaannya, apakah benar bahwa ulasan atau dukungan ke atas itu adalah dukungan murni dari konsumen atau calon pelanggan potensial, dan faktanya teknik seperti ini banyak diterapkan untuk menciptakan fenomena produk viral, seolah-olah produk tersebut banyak dicari oleh orang.
Banyak perusahaan, untuk membuat produknya viral menggunakan teknik marketing 'akar rumput' buatan seperti ini, untuk memberi kesan seolah-oleh brand atau produk mereka itu mendapat banyak dukungan, banyak dicari orang atas keinginannya sendiri. Teknik astroturfing 'menyembunyikan' pengiklanannya, dan membuat dukungan terhadap brand atau produk terlihat alami, organik, dan teknik seperti ini sebenarnya lumrah dilakukan walaupun pada dasarnya cukup beresiko, karena pada hakikatnya ini adalah dukungan palsu untuk mendapatkan perhatian pasar, dan menjadi jahat jika ternyata dipakai untuk menipu orang lain secara finansial.
Di awal tahun 2000 an, ketika saat itu menjamur berbagai program investasi imbal tinggi (HYIP), teknik astroturfing banyak digunakan, dan merugikan banyak orang. Pembuat program investasi bodong, kemudian melisting program mereka pada situs iklan berbayar yang menyediakan kolom review, dan kemudian mereka sendiri yang mereview program investasi tersebut dengan komentar dukungan yang mengatakan bahwa progaram investasi tersebut bagus dan benar membayar, padahal itu adalah program investasi bodong. Pengelola kemudian membanjiri kolom komentar memberi dukungan, beberapa orang yang tidak mendapatkan bayaran kemudian memposting negatif, tapi tertutup dengan banyaknya komentar positif yang dibangun sendiri tapi palsu, alhasil banyak orang terjebak dan mengira bahwa program investasi itu benar membayar, padahal tidak.
Untuk produk yang 'real' katakanlah sebuah perusahaan ingin memviralkan produk sampho anti ketombe, teknik seperti ini mungkin berhasil, tapi sekali lagi, ini adalah teknik marketing yang cukup beresiko. Jika 'akar rumput' palsu ini tidak terdeteksi oleh konsumen, maka mungkin ini menjadi teknik marketing yang sukses, tapi jika ternyata sampai ketahuan bahwa dukungan yang diberikan atas produk tersebut hanyalah dari akun-akun palsu, publik akan merasa dibohongi, dan bukan tidak mungkin malah produk tersebut dijauhi. Menggunakan teknik marketing astroturfing setidaknya harus didukung oleh produk itu sendiri, sehingga pelanggan mendapatkan manfaat dan juga turut memberikan penilaian positif untuk produk tersebut disamping dukungan buatan yang dilancarkan oleh perusahaan.
Post a Comment